BUA0GUMiGfG7TfY6TSY7Tpr7GA==

WABAH INI JEBAKAN


Semenjak social distancing atau yang sekarang diubah menjadi physical distancing, sebagian masyarakat menjadi sedikit berontak. Terutama di sosial media yang semakin menjadi-jadi dari mulai berkomentar pedas sampai mengkritisi keras terhadap imbauan tersebut.
Ya, memang tidak salah ketika masyarakat langsung respon dengan sedikit emosi. Karena ketika muncul imbauan tersebut, pemerintah tidak langsung memberikan kepastian dan kesepakatan apapun dengan diterapkannya hal itu.
Banyak sekali respon dari mulai masyarakat yang akan kekurangan pemasukan sampai masyarakat yang akan sedikit agak kesulitan dalam mencari nafkah.
Apalagi tentang info yang beredar masalah penundaan sementara kegiatan yang menimbulkan keramaian semisal shalat Jumat, Tablig Akbar, resepsi pernikahan, dan semacamnya. Hal itu sangat mengundang perdebatan, apalagi di kalangan awam. Seakan-akan virus ini mengalahkan kewajiban dari Tuhan. Padahal tidak ada maksud seperti itu.
Mengapa di tengah wabah semakin menyebar kita malah disibukan dengan berdebat berkepanjangan ketimbang bermusyawarah agar secepatnya masalah wabah ini dapat teratasi?
Salah satu sebabnya adalah informasi dan komunikasi. Informasi yang kurang tersampaikan arti dan komunikasi yang kurang memberi pasti.
Bangsa ini sedang sakit. Akan tambah sakit jika terus bertengkar.
Kami mohon agar pihak pemerintah memberikan instruksi secara pasti. Tak hanya hanya pasti, tapi dengan kesepakatan langsung melalui perwakilan masyarakat. Hal ini wajar karena masyarakat hanya mampu meminta kepastian dari pemilik wewenang.
Jika pembatasan mobilitas manusia diterapkan, pemerintah tolong beri kepastian. Masyarakat akan dibantu seperti apa agar kebijakannya berjalan dengan lancar. Sebut per tanggal berapa akan turun bantuan bagi masyarakat agar tidak terjadi salah paham, gelisah,  dan buat kesepakatan dengan beberapa orang dari perwakilan masyarakat yang terpercaya agar masyarakatnya sendiri bisa bersatu untuk mematuhi. Agar masyarakat bisa sabar menunggu janjinya diterapkan sampai waktu yang ditetapkan sesuai kesepakatan. Jika ternyata tidak dipenuhi kami juga bisa memiliki hak untuk protes dan mengingatkan kembali dengan cara masing masing sesuai kesepakatan.
Untuk masalah penutupan sementara kegiatan keramaian seperti shalat Jumat, Tablig Akbar, pengajian, acara pernikahan, dan sebagainya, pihak pemimpin setempat melalui intruksi pemerintah harus secepatnya bisa memberi edukasi secara langsung terlebih dahulu sebelum menerapkan kebijakan supaya tidak terjadi kericuhan dan pelanggaran. Tidak semua orang mengerti, paham, dan bisa mencoba memahami atas semua kebijakan. Mungkin lebih indah jika para pemimpin/perwakilan/utusan dari pemimpin bisa turun ke masyarakat untuk mengedukasi. Berbicara secara lembut maksud, tujuan, alasan, sebab, dampak, akibat, apapun itu sebelum diturunkannya imbauan secara detail. Agar masyarakat bisa memahami dan menerima.
Lelah? Ya pasti akan melelahkan karena ini lebih penting dari sekadar kampanye calon dewan.
Tidak semua orang paham alat komunikasi, tidak semua orang melek internet, tidak semua orang memerhatikan sosial media, tidak semua orang mau berkontemplasi bahkan mungkin ada beberapa orang yang tak ada waktu untuk itu. Apalagi yang sibuk bertani di sawah, sibuk di laut, sibuk bekerja di pabrik pulang kelelahan lalu memilih langsung tidur, dan kesibukan lainnya yang menyebabkan mereka kurang begitu memerhatikan informasi serta edukasi terkini lalu tiba-tiba kaget dengan imbauan yang menurut mereka dipandang 'aneh'.
Mungkin jika kita terus berdebat tidak akan cepat membuat bangsa ini sembuh yang ada malah tambah lelah. Masyarakat lelah dengan kebijakan pemerintah pun lelah dengan kritikan dari masyarakat. Kita butuh musyawarah yang baik dan kerjasama untuk membuat semua orang paham dan bisa menerima atas apa yang memang harus kita lakukan. Sekali lagi, mungkin, mungkin bukan masyarakat yang kurang dewasa, tapi mungkin juga kurang disentuh secara dewasa agar kita paham dan mau mentaati.
Bangsa kita sedang sakit. Butuh uluran tangan dari pemilik wewenang secara langsung. Butuh sentuhan dari hati. Butuh perhatian pasti. Karena ini bukan saatnya untuk membuat kita sebagai masyarakat bedebat tapi bagaimana agar masyarakat benar-benar mampu sepakat.
Untuk masyarakatnya sendiri mari kita hindari info, konten, yang dapat memprovokasi. Kita share informasi baik di permukaan, jika ada kejanggalan diskusikan dahulu di komunitas kita agar terfilter dengan baik sehingga semua tidak menjadi tambah gelisah.
Terkahir, jangan lupa untuk terus berdoa. Doakan pemerintah, para medis sebagai tentara perang yang selalu di garda terdepan dan untuk masyarakat semua. Mari kita menjerit dengan lembut lewat doa, lewat sosial media, lewat media aspirasi apapun. 

Mungkin wabah ini adalah jebakan.
Menjebak kita untuk bersatu mencari solusi dan suara bersama.
Menjebak untuk menumbuhkan bangsa yang optimis.
Menjebak agar kita selalu hati-hati.
Menjebak agar masyarakat melek dan mampu mengontrol setiap kebijakan pemerintah.
Menjebak agar mampu bekerja sama demi kesembuhan semua.
Menjebak agar kita ingat kembali hal-hal kecil yang sempat kita lupakan bahkan sepelekan.
Menjebak agar kita selalu sadar, bahwa kita hanyalah manusia biasa. Saling membutuhkan, membutuhkan dukungan, motivasi, uluran tangan dan perhatian bersama. Terpenting kita butuh kesehatan. Karena sehat itu berharga. Apalah arti dari sebuah kekayaan harta, mobil mewah, aset di mana-mana jika kita dalam keadaan lumpuh dan sakit tak berdaya.
Semoga Indonesiaku lekas sembuh.
Mohon maaf jika banyak kekeliruan dari tulisan ini.
Terima kasih banyak.

Komentar0

Type above and press Enter to search.